Jumat, 08 November 2013

BEKAL YANG HARUS DIMILIKI SESEORANG UNTUK MENJADI GURU YANG BAIK

Dikutip dari buku “Bagaimana Menjadi Guru Supermodel” karya Iqbal N.Az. Penerbit: Karya Pelajar Surabaya

Guru ketika berada di dalam kelas diibiratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual barang dagangannya. Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang dagangannya adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang yang akan melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, gurupun juga demikian. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya tertarik pada materi yang diajarkan.
Tanda bahwa barang dagangan guru tersebut laku keras dapat dilihat dari hasil review akhir yang biasanya diletakkan di akhir mata pelajaran. Pada proses review ini, guru biasanya akan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan dan memastikan bahwa semua materi telah disampaikan dan dipahami siswa-siswinya.
Ketika dalam proses review tersebut seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan dengan sempurna, maka secara tidak langsung hal itu telah menunjukkan bahwa guru tersebut telah sukses berdagang, dan barang dagangannya yaitu ilmunya telah laku terjual. Namun jika masih ada beberapa atau bahkan hampir seluruh siswa ada yang belum paham materi yang disampaikan, makan hal ini secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa guru tersebut kurang berhasil dalam berdagang.
Dan bila hal ini terjadi, yang harus dia lakukan adalah mengevaluasi kembali cara berdagangnya, yaitu dengan menyakan banyak hal pada dirinya sendiri. Pertanyaanan yang biasa diajukan dalam proses intorpeksi diri ini biasanya berkutat pada empat hal, yaitu adalah apakah calon pembelinya punya cukup uang untuk membeli barang dagangan atau tidak, atau dengan kata lain apakah harga barang dagangannya terlalu mahal atau tidak, yang kedua yaitu apakah dagangannya telah dikemas dalam wadah yang menarik atau tidak, yang ketiga apakah barang dagangannya telah bervariasi atau monoton, dan yang terakhir adalah apakah barang dagangannya sudah cukup berkualitas ataukah tidak.
Pertanyaan pertama tentang kemampuan pembeli yang disebutkan diatas sebenarnya dimaksudkan untuk menanyakan apakah kemampuan siswa-siswi guru tersebut telah cukup untuk menangkap isi materi ataukah tidak. Yang dimaksudkan dengan harga mahal disini adalah materi yang diajarkan apakah terlalu rumit ataukah terlalu tinggi bagi siswa-siswinya ataukah tidak. Masalah yang dijumpai tentang kesulitan yang berhubngan dengan daya tangkap siswa terhadap mata pelajaran ini biasanya terjadi di sekolah-sekolah yang berada di daerah, atau sekolah swasta dengan fasilitas yang minim. Banyak guru terlalu berharap tinggi bahwa siswa mereka akan mampu menyerap semua materi, padahal input sekolah tersebut tidak terlalu bagus, artinya siswa yang masuk ke sekolah tersebut kemampuan belajarnya masih jauh di bawah standar, andai guru menjumpai masalah seperti ini, maka yang bisa guru lakukan adalah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Penyesuaian diri ini banyak sekali caranya, yang pertama guru bisa menurunkan Standard Kompetensi yang hendak di capai sehingga anak-anak menjadi lebih mudah menangkap pelajaran karena tingkat kesulitan materi tersebut menurun, akan tetapi cara ini tidak dianjurkan. Yang kedua adalah dengan tetap menggunakan Standard Kompetensi normal namun jumlah tatap mukanya ditambah. Penambahan jumlah tatap muka ini dilakukan untuk mengatasi siswa-siswi yang slow learner, yaitu dengan mengulang lagi materi dalam bentuk remidial teaching atau dengan memperbanyak latihan. Yang ketiga guru tetap mengajar seperti biasa, namun materi yang diajarkan harus disampaikan se-smart dan sesimpel mungkin sehingga siswa yang memiliki masalah belajar ini mampu mengingat materi dengan cepat. Cara yang ketiga inilah yang terberat dilakukan guru karena guru harus dapat merencanakan kegiatan pembelajaran seefektif mungkin. Guru daiharuskan pula menjadi inventor ide-ide probling solving yang berhubungan dengan mata pelajaran siswa
Kemasan barang dagangan yang dimaksud pada pertanyaan kedua disini adalah kemasan materi yang disampaikan, apakah cara dia menyampaikan materi telah dapat membuat siswa-siswinya antusias untuk mendengarkan, seberapa sering dia melemparkan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi, seberapa sering dia melontarkan joke-joke segar namun mendidik, Apabila kekurangannya terletak disini, maka guru tersebut tersebut wajib memberikan catatan dan mencarikan solusinya. Solusi yang ditemukan biasanya berupa metode mengajar simpel namun mudah diingat. Metode ini apabila dipatentan dan dijual maka harganya akan menjadi tak ternilai.
Yang dimaksud variasi barang dagangan pada pertanyaan ke tiga adalah variasi materi yang disampaikan. Artinya seorang guru harus pandai memberikan variasi di dalam kelas. Variasi ini dapat dilakukan dengan mengubah suasana belajar siswa di kelas setiap minggu, atau setiap hari atau setiap durasi waktu tertentu yang kesemuanya bergantung pada guru pengajar. Contoh dari variasi ini adalah penentuan berapa lama materi itu disampaikan, apakah disampaikan dalam satu kali tatap muka, ataukan dua kali, apakah disampaikan dalam model ceramah ataukah kerja kelompok, dan apakah tatanan meja, kursi di kelas di rubah ataukah tidak. Guru yang baik selalu paham akan hal ini, sehingga ketika dia masuk ke dalam kelas, siswa tidak akan mudah untuk menebak apa yang akan mereka kerjakan pada setiap pertemuan karena guru tersebut selalu membawa kejutan-kejutan yang berupa kegiatan belajar yang berbeda.
Sedang inti dari pertanyaan terakhir adalah guru harus dapat mengecek materi yang telah disampaikan kepada siswanya. Apakah materi tersebut sesuai dengan kurikulum, apakah tidak ada kesalahan konsep ketika materi itu disampaikan, dan apakah mutu materi yang disampaikan selevel dengan mutu materi yang disampaikan di sekolah lain. Hal seperti ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh seorang guru yang hanya asal mengajar saja. Butuh kelegawaan untuk menyadari bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan saja, namun juga harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang telah disampaikannya.
Seperti pedagang yang memiliki kebutuhan untuk kulakan ketika barang dagangannya habis, seorang gurupun dituntut demikian. Seorang pedagang tidak akan mungkin berjualan jika tidak ada barang yang akan dijual. Ketika kehabisan stok barang dagangan, pedagang tersebut akan kulakan ke distributor atau ke toko grosir. Baru setelah pedagang itu kulakan, ia akan dapat berjualan lagi. Demikian juga seorang guru. Ia tidak akan dapat mengajar dengan baik jika ia hanya mengandalkan pengetahuan yang diterima dari kuliah S1nya saja. Padahal jaman telah berubah. Siswa jaman sekarang lebih hebat dan maju dari siswa jaman dahulu. Jika guru hanya mengandalkan ilmu yang ia dapat di bangku kuliah saja, ia akan disalip siswa-siswinya. Untuk mengatasi ini, guru harus kulakan ilmu baru. Kulakan ini dapat dilakukan dengan membeli buku-buku baru untuk dibaca sampai tuntas. Hal ini sangat baik dilakukan untuk mengetahui perkembangan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bidangnya. Ia juga bisa mengikuti berbagai kegiatan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru seperti seminar dan workshop. Dikusi dengan rekan seprofesi, dengan rekan senior atau dengan pakar sangat membantu proses kulakan ilmu ini. Cara kulakan ilmu yang terakhir dan paling efektif dengan melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Secara umum, ada tiga bekal yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi seorang guru yang baik. Tiga hal ini apabila dimiliki seseorang yang bermaksud untuk menjadi seorang guru akan mengantarkan orang ini mendapatkan kesuksesan dalam proses pengajarannya. Tiga bekal yang dimaksud di sini adalah: (1) kompetensi yang cukup (2) kreatifitas yang memadai sehingga gaya mengajarnya guru tersebut bervariasi, dan (3) memiliki sifat ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan pada anak didiknya.
Seorang guru tidaklah harus seseorang yang cerdas, brillian, dan mampu menguasai seluk beluk keilmuannya sampai detail. Untuk menjadi guru bahasa Inggris seseorang tidak harus mengetahui segala kosakata yang ada di kamus Oxford, atau juga bagian-bagian perhalaman yang ada di buku grammarnya Betty S. Azar. Demikian juga guru biologi. Dia tidak harus mengetahui semua nama latin tumbuhan yang ada di dunia. Andaikata ada orang yang dapat melakukan ini, ini adalah nilai lebih yang wajib disyukuri. Namun secara umum, menjadi guru tidaklah butuh hal yang terlalu menakjubkan seperti yang telah disebutkan. Syarat tersebut cukuplah mudah. Ia harus memiliki kompetensi yang cukup yang berhubungan dengan keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Andaikata seseorang telah paham inti darikeilmuannya dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut untuk memecahkan banyak sekali soal yang berhubungan denga keilmuannya, maka inipun sudah cukup. Apalagi juga orang tersebut juga paham dasar-dasar pendidikan, yaitu tentang perangkat pengajaran seperti kurikulum, slabus dan rencana pengajaran, ataupun tentang metode pembelajaran seperti CTL, Cooperative Learning hingga Quantum, maka semua itu  sangat menunjang.
Seorang guru juga harus memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi, karena jiwa kreatifitas disini akan mendorong dia untuk menemukan berbagai model pembelajaran baru yang cocok diterapkan di kelasnya. Dari jiwa ini ia akan mampu menemukan berbagai macam problem solving yang berhubungan dengan permasalahan siswa ketika berada di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah.  Kreatifitas ini akan membuat guru mampu menemukan cara mengajar yang baik, cara membuka kelas yang elegan, cara membuat dan melakukan assesmen yang praktis, cara memberikan tugas yang cantik namun tidak memberatkan, cara memimpin diskusi di kelas dan membuat anak-anak aktif menyampaikan ide mereka, cara memberikan reinforcemen pada anak, cara memberikan hukuman yang bijak dan banyak lagi lainnya. Kreatifitas yang dimiliki seorang guru akan membuat dia menjadi terlihat beda diantara guru yang lain, dan inilah yang akan membuat siswa selalu rindu untuk berjumpa dengan mata pelajarannya
Yang terakhir dari bekal yang harus dimiliki seorang guru adalah sifat ikhlas. Sifat ikhlas inilah yang jarang dimiliki guru dewasa ini. Ketika paham kapitalisme laku keras, maka dunia pendidikan terkena imbasnya. Demikian juga guru. Banyak sekali jiwa guru mulai terpengaruh paham ini sehinga niat mereka mengajar menjadi tidak tulus. Banyak diantara mereka merasa apa yang mereka sampaikan tidaklah setimpal dengan gaji yang mereka terima, sehingga akibatnya ketika mereka berada di kelas mereka tidak allout. Kadang mereka menyampaikan materi tapi tidak dengan sepenuhnya. Tujuannya adalah agar sebagian dari materi ini dapat mereka sampaikan di les. Dengan memberikan les, mereka dapat tambahan penghasilan. Perubahan paradigma ini jelas meresahkan. Dengan adanya perubahan ini, kualitas pembelajaran menjadi berkurang. Semangat dan motivasi kelas juga melemah. Dan ini semua terjadi karena guru melupakan aspek yang sangat penting dalam hidup mereka yaitu aspek ikhlas. Andaikata guru ikhlas mengajar, maka keikhlasan ini akan memberikan semangat yang tanpa batas pada guru untuk berusaha keras membuat anak didik mereka paham akan materi yang disampaikan. Semangat keikhlasan ini akan mampu meluluhkan hati dan jiwa keras anak didik mereka. Apalagi jika ditambah dengan kemauan guru untuk mendoakan anak didik mereka untuk sukses, maka aspek spiritual ini menjadi penyempurna kelebihan guru. Guru akan terlihat bercahaya dan berwibawa.

Mendidik Anak dengan Meneladani Rasulullah SAW

http://baharr.files.wordpress.com/2011/01/yus.jpgBismillahi Rahmanirahiim ...

Anak merupakan salah satu anugerah yang diberika Allah SWT kepada umat manusia. Kehadiran anak  dalam sebuah rumah tangga sangat berpengaruh dalam psikologi pasangan suami-istri tersebut. Bukan hanya itu kehadiran anak juga sangat berpengaruh dalam berlangsungnya kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bagi pasangan suami-istri tersebut.

Hal ini yang menuntut bagi setiap orang tua itu wajib dalam merawat dan mendidiknya sesuai dengan fitrahnya sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah Azza Wajalla…
Sebagai mana Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam, bersabda :
“Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini semua dalam keadaan suci ( Fitrah Islam ), dan karena kedua orang tuanyalah yang membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
Hadits diatas menerangkan bahwasannya setiap anak yang dilahirkan kedunia laksana kertas putih. Ia bersih tidak memiliki dosa dan kesalahan serta keburukan yang membuat kertas tersebut menjadi kotor dan hitam. Namun, karena cara mendidik orangtuanya lah, karakter anak beragam, ada yang berperangai buruk, tidak taat kepada kedua orang tuanya, dan tidak taat kepada Allah Azza Wajalla…
Fitrah setiap anak yang dilahirkan kedunia adalah suci, maka orang tua dituntut untuk selalu menjaga kesuciannya, dan menjadikan anak tersebut sebagay anak shaleh. Karena salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang shaleh. Doa anak yang shaleh merupakan salah satu doa yang insya Allah pasti terkabul. Karenanya, orangtua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, anak akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur yang pada gilirannya akan merugikan orangtua itu sendiri. Sesungguhnya memang tidak mudah memikul beban untuk membesarkan anak hingga menjadi pribadi yang kita harapkan dapat meraih sukses dunia dan akhirat. Semua butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi.
Tanpa bermaksud menyederhanakan, berikut beberapa tips yang diaplikasikan oleh orangtua yang disarikan dari tata cara mendidik anak ala Rasulullah Saw.
1. Menanamkan Nilai-nilai Ketauhidan
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.
2. Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan Keteladanan
Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah orangtua memberi keteladanan kepada anak-anaknya. Para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu jika yang disampaikan orangtua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.
3. Mendidik dengan Kebiasaan
Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.
4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.
5. Memotivasinya Anak Berbuat Baik
Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.
6. Sediakan Waktu untuk Makan Bersama Anak
Rasulullah Saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara orangtua dan anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi. Alangkah baiknya jika ibu dan bapak berkumpul dengan anak-anak ketika makan bersama sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua orangtuanya. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat tentang perilaku, keimanan, atau pendidikan.
7. Mendidik dengan Reward/Hadiah
Memberi hadiah adalah salah satu penghargaan yang dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan bersimpati kepada kita dan akhirnya mau melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak harus dihargai dengan materi. Lakukan reward yang bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian, uang, dan lain-lain.
8. Memilih Sekolah yang Islami
Saat anak menginjak usia sekolah, orangtua berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-Quran, mengembangkan pola pikir anak, memberikan data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah), orangtua hendaklah selalu belajar tentang pendidikan anak karena semakin bertambah usia anak, maka akan semakin kompleks pula problem (pendidikan anak) yang harus kita hadapi.
9. Mendidik dengan Hukuman
Cara ini boleh dilakukan jika cara-cara di atas tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan seperti sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.
10. Memahami Keadaan Anak Secara Baik dan Menggunakan Metode yang Tepat
Setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah.