Jumat, 08 November 2013

BEKAL YANG HARUS DIMILIKI SESEORANG UNTUK MENJADI GURU YANG BAIK

Dikutip dari buku “Bagaimana Menjadi Guru Supermodel” karya Iqbal N.Az. Penerbit: Karya Pelajar Surabaya

Guru ketika berada di dalam kelas diibiratkan sebagai seorang pedagang yang sedang menjual barang dagangannya. Calon pembelinya adalah siswa-siswinya. Barang dagangannya adalah ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Layaknya seorang pedagang yang akan melakukan promosi apa saja untuk membuat dagangannya laku terjual, gurupun juga demikian. Guru akan melakukan apa saja untuk membuat para siswa-siswinya tertarik pada materi yang diajarkan.
Tanda bahwa barang dagangan guru tersebut laku keras dapat dilihat dari hasil review akhir yang biasanya diletakkan di akhir mata pelajaran. Pada proses review ini, guru biasanya akan menanyakan kembali materi yang telah disampaikan dan memastikan bahwa semua materi telah disampaikan dan dipahami siswa-siswinya.
Ketika dalam proses review tersebut seluruh siswa dapat menjawab pertanyaan dengan sempurna, maka secara tidak langsung hal itu telah menunjukkan bahwa guru tersebut telah sukses berdagang, dan barang dagangannya yaitu ilmunya telah laku terjual. Namun jika masih ada beberapa atau bahkan hampir seluruh siswa ada yang belum paham materi yang disampaikan, makan hal ini secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa guru tersebut kurang berhasil dalam berdagang.
Dan bila hal ini terjadi, yang harus dia lakukan adalah mengevaluasi kembali cara berdagangnya, yaitu dengan menyakan banyak hal pada dirinya sendiri. Pertanyaanan yang biasa diajukan dalam proses intorpeksi diri ini biasanya berkutat pada empat hal, yaitu adalah apakah calon pembelinya punya cukup uang untuk membeli barang dagangan atau tidak, atau dengan kata lain apakah harga barang dagangannya terlalu mahal atau tidak, yang kedua yaitu apakah dagangannya telah dikemas dalam wadah yang menarik atau tidak, yang ketiga apakah barang dagangannya telah bervariasi atau monoton, dan yang terakhir adalah apakah barang dagangannya sudah cukup berkualitas ataukah tidak.
Pertanyaan pertama tentang kemampuan pembeli yang disebutkan diatas sebenarnya dimaksudkan untuk menanyakan apakah kemampuan siswa-siswi guru tersebut telah cukup untuk menangkap isi materi ataukah tidak. Yang dimaksudkan dengan harga mahal disini adalah materi yang diajarkan apakah terlalu rumit ataukah terlalu tinggi bagi siswa-siswinya ataukah tidak. Masalah yang dijumpai tentang kesulitan yang berhubngan dengan daya tangkap siswa terhadap mata pelajaran ini biasanya terjadi di sekolah-sekolah yang berada di daerah, atau sekolah swasta dengan fasilitas yang minim. Banyak guru terlalu berharap tinggi bahwa siswa mereka akan mampu menyerap semua materi, padahal input sekolah tersebut tidak terlalu bagus, artinya siswa yang masuk ke sekolah tersebut kemampuan belajarnya masih jauh di bawah standar, andai guru menjumpai masalah seperti ini, maka yang bisa guru lakukan adalah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Penyesuaian diri ini banyak sekali caranya, yang pertama guru bisa menurunkan Standard Kompetensi yang hendak di capai sehingga anak-anak menjadi lebih mudah menangkap pelajaran karena tingkat kesulitan materi tersebut menurun, akan tetapi cara ini tidak dianjurkan. Yang kedua adalah dengan tetap menggunakan Standard Kompetensi normal namun jumlah tatap mukanya ditambah. Penambahan jumlah tatap muka ini dilakukan untuk mengatasi siswa-siswi yang slow learner, yaitu dengan mengulang lagi materi dalam bentuk remidial teaching atau dengan memperbanyak latihan. Yang ketiga guru tetap mengajar seperti biasa, namun materi yang diajarkan harus disampaikan se-smart dan sesimpel mungkin sehingga siswa yang memiliki masalah belajar ini mampu mengingat materi dengan cepat. Cara yang ketiga inilah yang terberat dilakukan guru karena guru harus dapat merencanakan kegiatan pembelajaran seefektif mungkin. Guru daiharuskan pula menjadi inventor ide-ide probling solving yang berhubungan dengan mata pelajaran siswa
Kemasan barang dagangan yang dimaksud pada pertanyaan kedua disini adalah kemasan materi yang disampaikan, apakah cara dia menyampaikan materi telah dapat membuat siswa-siswinya antusias untuk mendengarkan, seberapa sering dia melemparkan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi, seberapa sering dia melontarkan joke-joke segar namun mendidik, Apabila kekurangannya terletak disini, maka guru tersebut tersebut wajib memberikan catatan dan mencarikan solusinya. Solusi yang ditemukan biasanya berupa metode mengajar simpel namun mudah diingat. Metode ini apabila dipatentan dan dijual maka harganya akan menjadi tak ternilai.
Yang dimaksud variasi barang dagangan pada pertanyaan ke tiga adalah variasi materi yang disampaikan. Artinya seorang guru harus pandai memberikan variasi di dalam kelas. Variasi ini dapat dilakukan dengan mengubah suasana belajar siswa di kelas setiap minggu, atau setiap hari atau setiap durasi waktu tertentu yang kesemuanya bergantung pada guru pengajar. Contoh dari variasi ini adalah penentuan berapa lama materi itu disampaikan, apakah disampaikan dalam satu kali tatap muka, ataukan dua kali, apakah disampaikan dalam model ceramah ataukah kerja kelompok, dan apakah tatanan meja, kursi di kelas di rubah ataukah tidak. Guru yang baik selalu paham akan hal ini, sehingga ketika dia masuk ke dalam kelas, siswa tidak akan mudah untuk menebak apa yang akan mereka kerjakan pada setiap pertemuan karena guru tersebut selalu membawa kejutan-kejutan yang berupa kegiatan belajar yang berbeda.
Sedang inti dari pertanyaan terakhir adalah guru harus dapat mengecek materi yang telah disampaikan kepada siswanya. Apakah materi tersebut sesuai dengan kurikulum, apakah tidak ada kesalahan konsep ketika materi itu disampaikan, dan apakah mutu materi yang disampaikan selevel dengan mutu materi yang disampaikan di sekolah lain. Hal seperti ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh seorang guru yang hanya asal mengajar saja. Butuh kelegawaan untuk menyadari bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan saja, namun juga harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang telah disampaikannya.
Seperti pedagang yang memiliki kebutuhan untuk kulakan ketika barang dagangannya habis, seorang gurupun dituntut demikian. Seorang pedagang tidak akan mungkin berjualan jika tidak ada barang yang akan dijual. Ketika kehabisan stok barang dagangan, pedagang tersebut akan kulakan ke distributor atau ke toko grosir. Baru setelah pedagang itu kulakan, ia akan dapat berjualan lagi. Demikian juga seorang guru. Ia tidak akan dapat mengajar dengan baik jika ia hanya mengandalkan pengetahuan yang diterima dari kuliah S1nya saja. Padahal jaman telah berubah. Siswa jaman sekarang lebih hebat dan maju dari siswa jaman dahulu. Jika guru hanya mengandalkan ilmu yang ia dapat di bangku kuliah saja, ia akan disalip siswa-siswinya. Untuk mengatasi ini, guru harus kulakan ilmu baru. Kulakan ini dapat dilakukan dengan membeli buku-buku baru untuk dibaca sampai tuntas. Hal ini sangat baik dilakukan untuk mengetahui perkembangan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bidangnya. Ia juga bisa mengikuti berbagai kegiatan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi guru seperti seminar dan workshop. Dikusi dengan rekan seprofesi, dengan rekan senior atau dengan pakar sangat membantu proses kulakan ilmu ini. Cara kulakan ilmu yang terakhir dan paling efektif dengan melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Secara umum, ada tiga bekal yang harus dimiliki seseorang untuk dapat menjadi seorang guru yang baik. Tiga hal ini apabila dimiliki seseorang yang bermaksud untuk menjadi seorang guru akan mengantarkan orang ini mendapatkan kesuksesan dalam proses pengajarannya. Tiga bekal yang dimaksud di sini adalah: (1) kompetensi yang cukup (2) kreatifitas yang memadai sehingga gaya mengajarnya guru tersebut bervariasi, dan (3) memiliki sifat ikhlas dan mau mendoakan kesuksesan pada anak didiknya.
Seorang guru tidaklah harus seseorang yang cerdas, brillian, dan mampu menguasai seluk beluk keilmuannya sampai detail. Untuk menjadi guru bahasa Inggris seseorang tidak harus mengetahui segala kosakata yang ada di kamus Oxford, atau juga bagian-bagian perhalaman yang ada di buku grammarnya Betty S. Azar. Demikian juga guru biologi. Dia tidak harus mengetahui semua nama latin tumbuhan yang ada di dunia. Andaikata ada orang yang dapat melakukan ini, ini adalah nilai lebih yang wajib disyukuri. Namun secara umum, menjadi guru tidaklah butuh hal yang terlalu menakjubkan seperti yang telah disebutkan. Syarat tersebut cukuplah mudah. Ia harus memiliki kompetensi yang cukup yang berhubungan dengan keilmuannya dan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Andaikata seseorang telah paham inti darikeilmuannya dan mampu menerapkan inti keilmuan tersebut untuk memecahkan banyak sekali soal yang berhubungan denga keilmuannya, maka inipun sudah cukup. Apalagi juga orang tersebut juga paham dasar-dasar pendidikan, yaitu tentang perangkat pengajaran seperti kurikulum, slabus dan rencana pengajaran, ataupun tentang metode pembelajaran seperti CTL, Cooperative Learning hingga Quantum, maka semua itu  sangat menunjang.
Seorang guru juga harus memiliki jiwa kreatifitas yang tinggi, karena jiwa kreatifitas disini akan mendorong dia untuk menemukan berbagai model pembelajaran baru yang cocok diterapkan di kelasnya. Dari jiwa ini ia akan mampu menemukan berbagai macam problem solving yang berhubungan dengan permasalahan siswa ketika berada di kelas, di sekolah, maupun di luar sekolah.  Kreatifitas ini akan membuat guru mampu menemukan cara mengajar yang baik, cara membuka kelas yang elegan, cara membuat dan melakukan assesmen yang praktis, cara memberikan tugas yang cantik namun tidak memberatkan, cara memimpin diskusi di kelas dan membuat anak-anak aktif menyampaikan ide mereka, cara memberikan reinforcemen pada anak, cara memberikan hukuman yang bijak dan banyak lagi lainnya. Kreatifitas yang dimiliki seorang guru akan membuat dia menjadi terlihat beda diantara guru yang lain, dan inilah yang akan membuat siswa selalu rindu untuk berjumpa dengan mata pelajarannya
Yang terakhir dari bekal yang harus dimiliki seorang guru adalah sifat ikhlas. Sifat ikhlas inilah yang jarang dimiliki guru dewasa ini. Ketika paham kapitalisme laku keras, maka dunia pendidikan terkena imbasnya. Demikian juga guru. Banyak sekali jiwa guru mulai terpengaruh paham ini sehinga niat mereka mengajar menjadi tidak tulus. Banyak diantara mereka merasa apa yang mereka sampaikan tidaklah setimpal dengan gaji yang mereka terima, sehingga akibatnya ketika mereka berada di kelas mereka tidak allout. Kadang mereka menyampaikan materi tapi tidak dengan sepenuhnya. Tujuannya adalah agar sebagian dari materi ini dapat mereka sampaikan di les. Dengan memberikan les, mereka dapat tambahan penghasilan. Perubahan paradigma ini jelas meresahkan. Dengan adanya perubahan ini, kualitas pembelajaran menjadi berkurang. Semangat dan motivasi kelas juga melemah. Dan ini semua terjadi karena guru melupakan aspek yang sangat penting dalam hidup mereka yaitu aspek ikhlas. Andaikata guru ikhlas mengajar, maka keikhlasan ini akan memberikan semangat yang tanpa batas pada guru untuk berusaha keras membuat anak didik mereka paham akan materi yang disampaikan. Semangat keikhlasan ini akan mampu meluluhkan hati dan jiwa keras anak didik mereka. Apalagi jika ditambah dengan kemauan guru untuk mendoakan anak didik mereka untuk sukses, maka aspek spiritual ini menjadi penyempurna kelebihan guru. Guru akan terlihat bercahaya dan berwibawa.

Mendidik Anak dengan Meneladani Rasulullah SAW

http://baharr.files.wordpress.com/2011/01/yus.jpgBismillahi Rahmanirahiim ...

Anak merupakan salah satu anugerah yang diberika Allah SWT kepada umat manusia. Kehadiran anak  dalam sebuah rumah tangga sangat berpengaruh dalam psikologi pasangan suami-istri tersebut. Bukan hanya itu kehadiran anak juga sangat berpengaruh dalam berlangsungnya kehidupan, karena anak adalah generasi penerus bagi pasangan suami-istri tersebut.

Hal ini yang menuntut bagi setiap orang tua itu wajib dalam merawat dan mendidiknya sesuai dengan fitrahnya sebagai mahluk yang diciptakan oleh Allah Azza Wajalla…
Sebagai mana Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam, bersabda :
“Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini semua dalam keadaan suci ( Fitrah Islam ), dan karena kedua orang tuanyalah yang membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi”.
Hadits diatas menerangkan bahwasannya setiap anak yang dilahirkan kedunia laksana kertas putih. Ia bersih tidak memiliki dosa dan kesalahan serta keburukan yang membuat kertas tersebut menjadi kotor dan hitam. Namun, karena cara mendidik orangtuanya lah, karakter anak beragam, ada yang berperangai buruk, tidak taat kepada kedua orang tuanya, dan tidak taat kepada Allah Azza Wajalla…
Fitrah setiap anak yang dilahirkan kedunia adalah suci, maka orang tua dituntut untuk selalu menjaga kesuciannya, dan menjadikan anak tersebut sebagay anak shaleh. Karena salah satu amal yang tidak pernah terputus pahalanya sekalipun kita telah meninggalkan dunia ini adalah anak yang shaleh. Doa anak yang shaleh merupakan salah satu doa yang insya Allah pasti terkabul. Karenanya, orangtua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, anak akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur yang pada gilirannya akan merugikan orangtua itu sendiri. Sesungguhnya memang tidak mudah memikul beban untuk membesarkan anak hingga menjadi pribadi yang kita harapkan dapat meraih sukses dunia dan akhirat. Semua butuh kesabaran, kerja keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi.
Tanpa bermaksud menyederhanakan, berikut beberapa tips yang diaplikasikan oleh orangtua yang disarikan dari tata cara mendidik anak ala Rasulullah Saw.
1. Menanamkan Nilai-nilai Ketauhidan
Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu, orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya. Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama) bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Ini adalah pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.
2. Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan Keteladanan
Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah orangtua memberi keteladanan kepada anak-anaknya. Para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada para anaknya. Akan sangat lucu jika yang disampaikan orangtua kepada anak-anaknya ternyata tidak dilakukan oleh orangtua itu sendiri. Dalam Islam, keteladanan dari orangtua sangat menentukan terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi pembentukan akhlak anak-anak muslim.
3. Mendidik dengan Kebiasaan
Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.
4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak
Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak, Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut. Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-anak bermain sehingga siang yang panjang terasa cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu, sejak dini anak akan terlatih mandiri secara ekonomi.
5. Memotivasinya Anak Berbuat Baik
Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.
6. Sediakan Waktu untuk Makan Bersama Anak
Rasulullah Saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara orangtua dan anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan melalui dialog terbuka dan diskusi. Alangkah baiknya jika ibu dan bapak berkumpul dengan anak-anak ketika makan bersama sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua orangtuanya. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat tentang perilaku, keimanan, atau pendidikan.
7. Mendidik dengan Reward/Hadiah
Memberi hadiah adalah salah satu penghargaan yang dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan bersimpati kepada kita dan akhirnya mau melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak harus dihargai dengan materi. Lakukan reward yang bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian, uang, dan lain-lain.
8. Memilih Sekolah yang Islami
Saat anak menginjak usia sekolah, orangtua berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-Quran, mengembangkan pola pikir anak, memberikan data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah), orangtua hendaklah selalu belajar tentang pendidikan anak karena semakin bertambah usia anak, maka akan semakin kompleks pula problem (pendidikan anak) yang harus kita hadapi.
9. Mendidik dengan Hukuman
Cara ini boleh dilakukan jika cara-cara di atas tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan seperti sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.
10. Memahami Keadaan Anak Secara Baik dan Menggunakan Metode yang Tepat
Setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama. Cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak dapat diarahkan dengan lebih mudah.

Minggu, 25 Agustus 2013

Cara Mengontrol Emosi dalam Islam

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, ngomong jorok, mencaci habis, bahkan sampai kalimat carai yang membubarkan rumah tangganya.

Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai tindak pembunuhan. Di saat itulah, misi setan untuk merusak menusia tercapai.
Tentu saja, permsalahannya tidak selesai sampai di sini. Masih ada yang namanya balas dendam dari pihak yang dimarahi. Anda bisa bayangkan, betapa banyak kerusakan yang ditimbulkan karena marah.
Menyadari hal ini, islam sangat menekankan kepada umat manusia untuk berhati-hati ketika emosi. Banyak motivasi yang diberikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar manusia tidak mudah terpancing emosi. Diantaranya, beliau menjanjikan sabdanya yang sangat ringkas,
لا تغضب ولك الجنة
“Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani dan dinyatakan shahih dalam kitab shahih At-Targhib no. 2749)
Allahu akbar, jaminan yang luar biasa. Surga..dihiasi dengan berbagai kenikmatan, bagi mereka yang mampu menahan amarah. Semoga ini bisa memotivasi kita untuk tidak mudah terpancing emosi.

Bagaimana Cara Mengendalikan Diri Ketika Sedang Emosi?

Agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar, ada beberapa cara mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah. Semoga bisa menjadi obat mujarab bagi kita ketika sedang marah.
Pertama, segera memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan, dengan membaca ta’awudz:
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
A-‘UDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIIM
Karena sumber marah adalah setan, sehingga godaannya bisa diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah.
Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,
Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِني لأعلمُ كَلِمَةً لَوْ قالَهَا لذهبَ عنهُ ما يجدُ، لَوْ قالَ: أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ، ذهب عَنْهُ ما يَجدُ
Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang marah, kemudian membaca: A-‘udzu billah (saya berlindung kepada Allah) maka marahnya akan reda.” (Hadis shahih – silsilah As-Shahihah, no. 1376)
Kedua, DIAM dan jaga lisan
Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa bagi ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ
Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Di saat kesadaran kita berkurang, di saat nurani kita tertutup nafsu, jaga lisan baik-baik, jangan sampai lidah tak bertulang ini, menjerumuskan anda ke dasar neraka.
Ketiga, mengambil posisi lebih rendah
Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi.. dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.
Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan,
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang meriwayatkan hadis ini, melindungi dirinya ketika marah dengan mengubah posisi lebih rendah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul Aswad Ad-Duali, beliau menceritakan kejadian yang dialami Abu Dzar,
“Suatu hari Abu Dzar mengisi ember beliau. Tiba-tiba datang beberapa orang yang ingin mengerjai Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi Abu Dzar dan mengambil beberapa helai rambutnya?’ tanya salah seorang diantara mereka. “Saya.” Jawab kawannya.
Majulah orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya, dan menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika itu Abu Dzar sedang berdiri. Beliaupun langsung duduk kemudian tidur.
Melihat itu, orang banyak keheranan. ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk, kemudian tidur?’ tanya mereka keheranan.
Abu Dzar kemudian menyampaikan hadis di atas. Subhanallah.., demikianlah semangat sahabat dalam mempraktekkan ajaran nabi mereka.
Mengapa duduk dan tidur?
Al-Khithabi menjelaskan,
القائم متهيئ للحركة والبطش، والقاعد دونه في هذا المعنى، والمضطجع ممنوع منهما، فيشبه أن يكون النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنما أمره بالقعود لئلا تبدر منه في حال قيامه وقعوده بادرة يندم عليها فيما بعدُ
Orang yang berdiri, mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan memukul. Seperti ini apa yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perintah beliau untuk duduk, agar orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya, yang bisa jadi menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu. (Ma’alim As-Sunan, 4/108)
Keempat, Ingatlah hadis ini ketika marah
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظاً وَهُوَ قادرٌ على أنْ يُنفذهُ دعاهُ اللَّهُ سبحانهُ وتعالى على رءوس الخَلائِقِ يَوْمَ القيامةِ حتَّى يُخيرهُ مِنَ الحورِ العين ما شاءَ
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)
Subhanallah.., siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil oleh Allah di hadapan semua makhluk pada hari kiamat, untuk menerima balasan yang besar? Semua manusia dan jin menyaksikan orang ini, maju di hadapan mereka untuk menerima pahala yang besar dari Allah ta’ala. Tahukah anda, pahala ini Allah berikan kepada orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya. Bisa kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan tidak hanya menahan emosi, tapi juga memaafkan kesalahan orang tersebut dan bahwa membalasnya dengan kebaikan.
Mula Ali Qori mengatakan,
وَهَذَا الثَّنَاءُ الْجَمِيلُ وَالْجَزَاءُ الْجَزِيلُ إِذَا تَرَتَّبَ عَلَى مُجَرَّدِ كَظْمِ الْغَيْظِ فَكَيْفَ إِذَا انْضَمَّ الْعَفْوُ إِلَيْهِ أَوْ زَادَ بِالْإِحْسَانِ عَلَيْهِ
Pujian yang indah dan balasan yang besar ini diberikan karena sebatas menahan emosi. Bagaimana lagi jika ditambahkan dengan sikap memaafkan atau bahkan membalasnya dengan kebaikan. (Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Turmudzi, 6/140).
Satu lagi, yang bisa anda ingat ketika marah, agar bisa meredakan emosi anda:
Hadis dari Ibnu Umar,
من كف غضبه ستر الله عورته ومن كظم غيظه ولو شاء أن يمضيه أمضاه ملأ الله قلبه يوم القيامة رضا
Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang menahan marah, padahal jika dia mau, dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat. (Diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha Al-Hawaij, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Ya, tapi yang sulit bukan hanya itu. Ada satu keadaan yang jauh lebih sulit untuk disuasanakan sebelum itu, yaitu mengkondisikan diri kita ketika marah untuk mengingat balasan besar dalam hadis di atas. Umumnya orang yang emosi lupa segalanya. Sehingga kecil peluang untuk bisa mengingat balasan yang Allah berikan bagi orang yang bisa menahan emosi.
Siapakah kita dibandingkan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu. Sekalipun demikian, beliau terkadang lupa dengan ayat dan anjuran syariat, ketika sudah terbawa emosi.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa ada seseorang yang minta izin kepada Khalifah Umar untuk bicara. Umarpun mengizinkannya. Ternyata orang ini membabi buta dan mengkritik habis sang Khalifah.
‘Wahai Ibnul Khattab, demi Allah, kamu tidak memberikan pemberian yang banyak kepada kami, dan tidak bersikap adil kepada kami.”
Mendengar ini, Umarpun marah, dan hendak memukul orang ini. Sampai akhirnya Al-Hur bin Qais (salah satu teman Umar) mengingatkan,
‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah berfirman kepada nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya): ‘Berikanlah maaf, perintahkan yang baik, dan jangan hiraukan orang bodoh.’ dan orang ini termasuk orang bodoh.’
Demi Allah, Umar tidak jadi melampiaskan emosinya ketika mendengar ayat ini dibacakan. Dan dia adalah manusia yang paling tunduk terhadap kitab Allah. (HR. Bukhari 4642).
Yang penting, anda jangan berputus asa, karena semua bisa dilatih. Belajarlah untuk mengingat peringatan Allah, dan ikuti serta laksanakan. Bisa juga anda minta bantuan orang di sekitar anda, suami, istri, anak anda, pegawai, dan orang di sekitar anda, agar mereka segera mengingatkan anda dengan janji-janji di atas, ketika anda sedang marah.
Pada kasus sebaliknya, ada orang yang marah di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaupun meminta salah satu sahabat untuk mengingatkannya, agar membaca ta’awudz, A-‘udzu billahi minas syaithanir rajim..
وَقَالَ: له أحد الصحابة «تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ» فَقَالَ: أَتُرَى بِي بَأْسٌ، أَمَجْنُونٌ أَنَا، اذْهَب
“Salah satu temannya mengingatkan orang yang sedang marah ini: ‘Mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan setan!’ Dia malah berkomentar: ‘Apakah kalian sangka saya sedang sakit? Apa saya sudah gila? Pergi sana!’ (HR. Bukhari 6048).
Kelima, Segera berwudhu atau mandi
Marah dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan air yang dingin.
Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu, yang mengatakan,
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784)
Dalam riwayat lain, dari Abu Muslim Al-Khoulani, beliau menceritakan,
Bahwa Amirul Mukminin Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu pernah berkhutbah di hadapan masyarakat. Dan ketika itu, gaji pegawai belum diserahkan selama dua atau tiga bulan. Abu Muslim-pun berkata kepada beliau,
‘Hai Muawiyah, sesungguhnya harta itu bukan milikmu, bukan milik bapakmu, bukan pula milik ibumu.’
Mendengar ini, Muawiyah meminta hadirin untuk diam di tempat. Beliau turun dari mimbar, pulang dan mandi, kemudian kembali dan melanjutkan khutbahnya,
‘Wahai manusia, sesungguhnya Abu Muslim menyebutkan bahwa harta ini bukanlah milikku, bukan milik bapakku, bukan pula milik ibuku. Dan Abu Muslim benar. kemudian beliau menyebutkan hadis,
الغضب من الشيطان ، والشيطان من النار ، والماء يطفئ النار ، فإذا غضب أحدكم فليغتسل
Marah itu dari setan, setan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.
Lalu Muawiyah memerintahkan untuk menyerahkan gaji mereka.
(HR. Abu Nuaim dalam Hilyah 2/130, dan Ibnu Asakir 16/365).
Dua hadis ini dinilai lemah oleh para ulama. Hadis pertama dinilai lemah oleh An-Nawawi sebagaimana keterangan beliau dalam Al-Khulashah (1/122). Syuaib Al-Arnauth dalam ta’liq Musnad Ahmad menyebutkan sanadnya lemah. Demikian pula Al-Albani menilai sanadnya lemah dalam Silsilah Ad-Dhaifah no. 581.
Hadis kedua juga statusnya tidak jauh beda. Ulama pakar hadis menilainya lemah. Karena ada perowi yang bernama Abdul Majid bin Abdul Aziz, yang disebut Ibnu Hibban sebagai perawi Matruk (ditinggalkan).
Ada juga ulama yang belum memastikan kelemahan hadis ini. Diantaranya adalah Ibnul Mundzir. Beliau mengatakan,
إن ثبت هذا الحديث فإنما الأمر به ندبا ليسكن الغضب ، ولا أعلم أحدا من أهل العلم يوجب الوضوء منه
Jika hadis ini shahih, perintah yang ada di dalamnya adalah perintah anjuran untuk meredam marah dan saya tidak mengetahui ada ulamayang mewajibkan wudhu ketika marah. (Al-Ausath, 1/189).
Karena itulah, beberapa pakar tetap menganjurkan untuk berwudhu, tanpa diniatkan sebagai sunah. Terapi ini dilakukan hanya dalam rangka meredam panasnya emosi dan marah. Dr. Muhammad Najati mengatakan,
يشير هذا الحديث إلى حقيقة طبية معروفة ، فالماء البارد يهدئ من فورة الدم الناشئة عن الانفعال ، كما يساعد على تخفيف حالة التوتر العضلي والعصبي ، ولذلك كان الاستحمام يستخدم في الماضي في العلاج النفسي
Hadis ini mengisyaratkan rahasia dalam ilmu kedokteran. Air yang dingin, bisa menurunkan darah bergejolak yang muncul ketika emosi. Sebagaimana ini bisa digunakan untuk menurunkan tensi darah tinggi. Karena itulah, di masa silam, terapi mandi digunakan untuk terapi psikologi.
(Hadis Nabawi wa Ilmu An-Nafs, hlm. 122. dinukil dari Fatwa islam, no. 133861)
اَللَّهُمَّ نَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الحَقِّ فِي الرِضَا وَالغَضَبِ
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kalimat haq ketika ridha (sedang) dan marah
[Doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam shalatnya – shahih Jami’ As-Shaghir no. 3039]
Artikel ini saya kutip dari tulisan
Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

Kamis, 22 Agustus 2013

Pacaran Menurut Islam


Pacaran menurut pandangan dari agama islam - Pacaran yang baik menurut Islam itu sebenarnya sangat dianjurkan karena semuanya itu juga akan di pertanggung jawabkan di hari akhir nanti. Pacaran dalam islam sangat ketat bagi anak-anak remaja jaman sekarang. Remaja jaman sekarang mungkin sudah banyak yang lepas dari ajaran-ajaran islam. Gaya berpacaran anak remaja sekarang sudah sangat kelewat batas. Pacaran kalau tidak dengan nafsu mungkin sudah gak asyik (kata sebagian besar anak remaja). tapi apakah mereka tidak takut dengan hukuman yang akan mereka dapat nantinya?. Mungkin banyak yang berfikir seperti itu, tapi setelah mereka bertemu dengan lawan jenisnya atau pacarnya, semuanya itu tidak berlaku lagi. Yang pasti semua itu terpengaruh oleh hasutan setan. Masih ingatkan dengan sabda Rosulullah, “jika dua lawan jenis berduaan, maka yang ketiga adalah setan”. Mungkin sebab itulah para anak remaja jaman sekarang kelewat batas dalam berpacaran.
Pacaran dalam hukum islam sebenarnya syah-syah saja, asal ada batasannya. Tapi apakah anda tahu apa batasan tersebut? pasti banyak yang gak tahu!. saya pun juga baru mempelajari tentang hal tersebut, setelah saya baca-baca tentang batasan-batasan tersebut.
Batasan dalam berpacaran menurut hukum islam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kita kepada perbuatan zina, Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.
2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya karena sudah ada hukum islam nya.
3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya, karena mengakibatkan munculnya hawa nafsu.
4. Harus menjaga mata atau pandangan kita ke pandangan yang mengarah pada timbulnya hawa nafsu. Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang
sering membawa kepada perbuatan zina.
5. Menutup aurat Sangat diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang baunya semerbak, memakai make up dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina mata dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga, apa lagi masuk surga.
Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh. Tetapi persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandangan, berpegangan, bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. setelah itu terserah anda bagaimana menyikapinya. Jika anda sudah tahu akibat dari perbuatan, anda harus berfikir dewasa dan menyikapinya.Pacaran menurut pandangan dari agama islam - Pacaran yang baik menurut Islam itu sebenarnya sangat dianjurkan karena semuanya itu juga akan di pertanggung jawabkan di hari akhir nanti. Pacaran dalam islam sangat ketat bagi anak-anak remaja jaman sekarang. Remaja jaman sekarang mungkin sudah banyak yang lepas dari ajaran-ajaran islam. Gaya berpacaran anak remaja sekarang sudah sangat kelewat batas. Pacaran kalau tidak dengan nafsu mungkin sudah gak asyik (kata sebagian besar anak remaja). tapi apakah mereka tidak takut dengan hukuman yang akan mereka dapat nantinya?. Mungkin banyak yang berfikir seperti itu, tapi setelah mereka bertemu dengan lawan jenisnya atau pacarnya, semuanya itu tidak berlaku lagi. Yang pasti semua itu terpengaruh oleh hasutan setan. Masih ingatkan dengan sabda Rosulullah, “jika dua lawan jenis berduaan, maka yang ketiga adalah setan”. Mungkin sebab itulah para anak remaja jaman sekarang kelewat batas dalam berpacaran.
Pacaran dalam hukum islam sebenarnya syah-syah saja, asal ada batasannya. Tapi apakah anda tahu apa batasan tersebut? pasti banyak yang gak tahu!. saya pun juga baru mempelajari tentang hal tersebut, setelah saya baca-baca tentang batasan-batasan tersebut.
Batasan dalam berpacaran menurut hukum islam diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kita kepada perbuatan zina, Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.
2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya karena sudah ada hukum islam nya.
3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya, karena mengakibatkan munculnya hawa nafsu.
4. Harus menjaga mata atau pandangan kita ke pandangan yang mengarah pada timbulnya hawa nafsu. Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang
sering membawa kepada perbuatan zina.
5. Menutup aurat Sangat diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang baunya semerbak, memakai make up dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina mata dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga, apa lagi masuk surga.
Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh. Tetapi persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandangan, berpegangan, bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. setelah itu terserah anda bagaimana menyikapinya. Jika anda sudah tahu akibat dari perbuatan, anda harus berfikir dewasa dan menyikapinya.

Rabu, 01 Mei 2013

Anak Superior

A. Pengertian Anak Supernormal
Sebelum menguraikan tentang anak supernormal, terlebih dahulu akan penulis uraikan apa itu intelegensi dan IQ serta bagaimana cara pengukurannya, karena patokan anak supernormal dalam tulisan ini adalah tingkat tingginya intelegensi.
        Intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa mahluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia, intelegensi diperoleh manusia sejak lahir dan sejak itu pula potensi intelegensi mulai berfungsi mempengaruhi waktu dan kualitas perkembangan individu dan apabila sudah berkembang, maka fungsinya semakin berarti bagi manusia yakni akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungan.
          Intelegensi bukan suatu yang bersifat kebendaan melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
              Para ahli mempunyai pengertian yang beragam tentang intelegensi yaitu :
     Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, intelegensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu :
(1) kemampuan untuk belajar; 
(2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; 
(3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan bahwa intelegensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
              Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi bersama Theodore simon mendefinisikan intelegensi atas tiga komponen yaitu :
(a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan; 
(b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan 
(c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticism.
          David Wechsler pencipta skala-skala intelegensi yang populer sampai saat ini, mendefinisikan intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dalam tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta mengahadapi lingkungannya dengan efektif.
          S.C. Utami Munandar dalam bukunya “Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah” menyatakan secara umum bahwa intelegensi dapat dirumuskan :  
(a) kemampuan untuk berfikir abstrak, 
(b) kemampuan untuk menangkap hubungan dan untuk belajar dan 
(c) kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
          Selanjutnya Wood Worth menambahkan bahwa intelegensi erat hubungannya dengan intelek atau pengetahuan. Bukan berarti intelegensi merupakan sejumlah pengetahuan yang dimiliki seseorang melainkan berkenaan dengan kualitas intelek.  Intelek yanng berfaedah yaitu intelek yang siap digunakan . Intelegensi itu sendiri merupakan intelektual yang berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi atau bertindak dalam suatu situasi atau dalam menyelesaikan masalah dimana dalam bertindak dan memecahkannya tampak intelegen atau bodoh. Jadi orang yang intelegen adalah orang yang mampu berbuat atau bertindak dengan bijaksana, cepat, tepat dan berhasil.
          Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang dibawa individu atau manusia sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru dan untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat.
              Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu (seperti yang telah dijelaskan di atas) sedangkan IQ adalah hasil dari suatu tes intelegensi tertentu yang notabene yang hanya mengukur sebagian kecil dari intelegensi.
          IQ singkatan dari Intellegence Quotient menunjukkan ukuran atau taraf intelegensi atau kecerdasan seseorang. Dari hasil tes intelegensi IQ ini diperoleh dengan menggunakan rumus : hasil bagi umur mental dengan umur Cronologis atau kalender dikalikan seratus atau IQ = (MA / CA) X 100.
          MA singkatan dari Mental Age (usia mental) yang merupakan suatu norma pembanding pada kelompok usia tertentu. Misalnya pada kelompok anak-anak usia 8 tahun sebagian besar diantara mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal dalam tes, maka skor atau angka itu dijadikan norma untuk kelompok anak-anak usia 8 tahun, dan disebut usia mental 8 tahun. Bila seorang anak dalam mengerjakan tes yanng sama mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal maka ia mempunyai usia mental 8 tahun.
          CA singkatan dari Chronological Age (usia kronologis) yaitu usia anak sejak dilahirkan yang dapat dinyatakan dalam satuan tahun atau dalam satuan bulan. Misalnya apabila seorang anak yang berusia 8 tahun mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal maka ia dikatakan memiliki usia mental 8 tahun. Dan IQnya dihitung sebagai IQ = (8/8)x100 = 100. Seorang anak lain yang berusia 6 tahun tetapi sudah mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 dalam tes yang sama akan memperoleh usia mental 8 tahun pula sehingga IQnya adalah (8/6)x100 = 133.
          Jelaslah bahwa apabila seorang anak mencapai usia mental yang sama dengan usia kronologisnya, maka ia akan mendapat IQ=100 yang secara logis diartikan sebagai berintelegensi normal. Bila seorang anak memperoleh usia mental lebih tinggi dari pada usia kronologisnya maka anak tersebut tergolong anak yang berintelegensi di atas normal, sebaliknya bila usia mental lebih kecil dari usia kronologisnya berarti intelegensinya di bawah normal. Demikianlah gambaran prinsip perhitungan IQ.
          Berdasarkan prinsip-prinsip perhitungan IQ tersebut indikasi awal lahirnya konsep kecerdasan dinyatakan bahwa “semkin tinggi IQ seseorang maka semakin tinggi pula kecerdasannya”.
          Sebagai orang tua boleh-boleh saja meminta anaknya untuk menjalani tes akan tetapi setelah mengetahui skor atau hasilnya dan berapapun skornya harus tetap gembira dan juga tidak pernah berhenti untuk memberi masukan-masukan, perhatian upaya-upaya  yang dapat meningkatkan dan menjaga kecerdasannya.
          Mungkin pada saat tes dilaksanakan anak dalam keadaan atau kondisi yang kurang sehat atau dalam keadaan cemas, dan sebagainya. Hal-hal tersebut bisa mempengaruhi, maka apapun alasannya tidaklah bijaksana apabila menganggap nilai IQ seorang anak sebagai hal  yang amat penting. Apabila orang tua ingin mengetahui anaknya cerdas atau tidak orang tua dapat melihat tanda-tanda kecerdasan dan  ciri-ciri anak supernormal.
          Dari penegasan istilah di depan sudah penulis jelaskan pengertian anak supernormal yaitu anak yang mempunyai kecerdasan di atas anak-anak normal dan memiliki IQ di atas 110. Anak yang tergolong supernormal yaitu meliputi anak genius memiliki IQ 140 ke atas, anak gifted atau very superoir memiliki IQ 125-140, dan anak superior memiliki IQ 110-125.
              Adapun batasan arti anak supernormal yakni :
1. Anak Genius, mewakili golongan anak yanng memiliki IQ 140 ke atas.
                           Genius mempunyai arti anak yang memilliki tingkat intelegensi yang tinggi (IQ 140 ke atas) istilah ini juga dipakai terhadap seseorang yang memiliki bakat kemampuan luar biasa.
               Dalam bukunya Sri Rumini berjudul “ Pendidikan Anak Genius” dikemukakan bebrapa pendapat para ahli tentang batasan pengertian genius :
a.       Orang awam banyak yang berpendapat bahwa semua anak yanng cerdas, cerlang, berkemampuan tinggi adalah tergolong anak genius.
b.      Ada yang menyamakan dengan talented (berbakat)
c.       Ada yang menyamakan dengan Gifted  atau Highly   Gifted
d.      Robert  Woodworth  dalam bukunya “Psychology” berpendapat bahwa anak genius adalah  anak yang memiliki IQ  di atas  140
e.       Prof. Hollingwort  berpendapat anak sudah berhak disebut genius kalau IQ nya lebih dari 180
f.       Dalam “The Wood  Book Encyclopaedia”  volume 8, halaman 87  dinyatakan kalau genius dipandang dari psycology adalah seseorang dengan IQ 140 atau lebih
g.      Ruth Strung mempunyai pendapat lain lagi  terhadap para genius, menurut dia : kata genius sering-sering diterapkan kepada individu yang mempunyai kapasitas istimewa (luar biasa) dan mampu menciptakan sesuatau yang sangat tinggi nilainya  (mutunya.) jadi titik beratnya pada hasil ciptaannya, tidak hanya pada tingkatan intelegensinya.
                   Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak genius adalah anak luar biasa cerdasnya sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya , bila diukur dengan tes intelegensi IQ mereka paling rendah 140 sedang yang paling tinggi dapat mencapai 200 lebih.
              Para jenius lebih dari super cerdas ataupun sangat berbakat, mereka adalah orang-orang yang betul-betul hebat dan jauh mendahului masyarakat, bahkan dunia yang berbeda karena kontribusinya, sebagai contoh Beed Hoven, Picasso, Issac Newton Maria Currie, Leonardo Da Vinci dan sebagainya.               
2. Anak Gifted / Very superior
               Anak gifted atau very superior memiliki tingkat kecerdasan tinggi bila diukur dengan tes intelegensi kurang lebih 125-140. Tingkat gifted berada di bawah tingkat genius dan di atas tingkat superior. Gifted adalah suatu terminologi bagi individu yang mempunyai IQ atau tingkat kecerdasan yang lebih dari normal yaitu IQ nya antara 120-140. Disamping itu mempunyai pula bakat yang istimewa atau menonjol anatara lain berbakat dalam seni musik, drama, ketrampilan, dan keahlian memimpin masyarakat.
               Dalam bukunya Samsu Yusuf yang berjudul ‘Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja” dijelaskan bahwa gidted atau very superior berIQ 130-139 yaitu seorang yang cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaab kata yang luas dan memahami pengertian abstrak. Faktor kesehatan, kekuatan dan ketangkasan lebih menonjol daipada anak normal.
3. Anak Superior
               Sesuai pada bagan penyebaran IQ anak superior menduduki IQ kurang lebih 110-125, merupakan golongan anak supernormal paling bawah. Anak superior dapat disefinisikan sebagai anak cerdas yang memiliki IQ kurang lebih 110-125, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
               Menurut Samsu Yusuf superior yaitu seseorang yang mempunyai IQ 120-129 kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah atau akademik, mereka seringkali terdapat dalam kelas biasa, pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.
               Demikianlah batasan-batasan arti anak yang supernormal yang pada intinya sama yaitu anak yang mempunyai kecerdasan tinggi tetapi dengan kemampuan yang berbeda-beda.
B. Ciri-ciri Anak Supernormal
          Berdasarkan kenyataan, anak cerdas mulai tampak sejak kecil, ketika bermain mereka mengalahkan teman-teman yang lain, ketika belajar mengungguli pelajar yang lain, sehingga anak ini akan menguasai teman-teman lainnya. Mereka merasa tercipta untuk menjadi tuan, bukan anak buah dari lingkungannya.
          Agar orang tua bisa memahami anak yang unggul dan cerdas orang tua dapat memperhatikan sifat-sifat yang berbeda dengan teman lainnya :
1.      Dari aspek fisik, ia sedikit lebih unggul dibandingkan teman-teman sebayanya, baik tinggi, bobot dan kesehatan.
2.      Anak cerdas lebih mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, disini pula orang tua dapat mengetahui bahwa perhatiannya sangat dalam, menyeluruh dan intens. Tanda-tanda kecerdasannya ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mencipta. Jika mengikuti dorongan dan keinginannya, maka peraturan sekolah merupakan penyebab yang cukup kuat dalam menggugurkan kuncup sebelum berkembang.
3.      Anak cerdas lebih mampu memahami mulai dari masalah material sampai ke masalah –masalah yang abstrak.
4.      Anak cerdas cepat mengambil sikap dengan baik dalam kehidupan masyarakat meskipun situasi lingkungan masyarakatnya sangat jelek.
          Untuk memperjelas perbedaan anak supernormal akan penulis uraikan ciri-ciri dari masing-masing tingkatan. Adapun ciri-ciri anak supernormal (genius, Gifted/veri superior dan superior) adalah :
1.      Ciri-ciri anak genius
Anak Genius dapat juga disebut dengan sebutan “Gifted Talented”, memiliki ptensial yang sangat tinggi sekali dalam prestasi belajar dan penonjolan kemampuan yang luar biasa pada suatu bidang tertentu.
                        Ciri-ciri anak berbakat intelektual /genius menurut S.C Utami Munandar  antara lain :
a.       Mudah menangkap pelajaran
b.      Ingatan baik
c.       Perbendaharaan kata luas
d.      Penalaran tajam (berfikir logis, kritis), memahami hubungann sebab akibat
e.       Daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan)
f.       Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik
g.      Senang dan sering membaca
h.      Ungkapan diri lancar dan jelas
i.        Pengamat yang cermat
j.        Senang mempelajari kamus, peta, ensiklopedi
k.      Cepat memecahkan soal
l.        Cepat menemukan kekeliruan /kesalahan
m.    Cepat menemukan asas dalam suatu uraian
n.      Mampu membaca pada usia lebih muda
o.      Daya abstraksi tinggi
p.      Selalu sibuk menangani berbagai hal.
Sedangkan Drs. Alisuf Sabri dalam bukunya “ Pengantar Psikologi” menyatakan bahwa ciri-ciri anak genius adalah :
1.    Pada masa kanak-kanaknya sangat cerdas atau kepandaian yang dimiliki luar biasa.
2.    Selain kecerdasan yang luar biasa juga sifat-sifat pribadinya sangat menonjol, sangat menunjang prestasinya, sifat-sifatnya misalnya ketekunan, keuletan dalam berusaha mencapai sesuatu, punya kepercayaan dan keyakinan diri yang besar terhadap pekerjaan   yang dipilihnya.
2. Ciri-ciri anak Gifted / Very Superior
               Fileger dalam karangannya menyebutkan ciri-ciri anak Gifted dibidang science  adalah :
a.       Mempunyai perhatian terhadap science pada waktu masih pra-sekolah
b.      Serba ingin tahu apa yang menyebabkan benda-benda bekerja
c.       Kemampuan untuk mengerti ide-ide abstrak pada usia masih muda
d.      Mempunyai imajinasi kuat akan benda-benda ilmiah
e.       Senang akan koleksi
f.       Memiliki daya kemampuan yang tinggi di bidang membaca
g.      Memliki daya kemampuan yang tinggi di bidang matematika
h.      Cenderung berfikir secara kuantitatif menggunakan angka-angka untuk membantu menyatakan ide-ide
i.        Kemauan untuk aktif dan berprestasi dalam olah raga
j.        Rasa tidak puas yang beralasan, yang bagi anak-anak lain cukup puas/ menerima begitu saja akan hal-hal ilmiah.
3. Ciri-ciri anak superior
                        Ciri-ciri anak superior menurut Baker yaitu :
a.       Mulai dapat berbicara lebih awal dari anak normal
b.      Menunjukkan beberapa kemampuan khusus dalam menggabungkan kata-kata untuk menyampaikan jalan pikirannya
c.       Memulai sekolah pada umur yang sama sebagai rata-rata anak
d.      Dapat sedikit membaca sebelum mulai sekolahnya
e.       Tidak mengalami kegagalam selama masa sekolah
f.       Di sekolah ia dapat mengerjakan pekerjaannya dengan mudah dan memberi kesan ia akan berhasil tanpa banyak usaha
g.      Ia mendapat perhatian dari teman-temannya dan menjadi pemimpin dalam gerakan siswa, publikasi, sekolah dan sebaginya
h.      Menunjukkan inisiatif dalam hal-hal di luar sekolah
i.        Tertarik pada atletik atau musik
j.        Pehatian terhadap bacaan luas.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri anak supernormal ialah :
1. Memiliki inelegensi di atas normal
2. Makin tinggi IQ-nya makn baik daya abstraksinya
3 Berfikir secara logis , kritis, rasional, dan kreatif
4. Perkembangan mentalnya lebih cepat dari umur kalender
5. Lingkungan sangat berperan pada perkembangannya
6. Mempunyai prestasi yang tinggi, baik dalam sekolah maupun di luar sekolah
7. Perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi   
8. Perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi
9. Tidak pernah mendapat kesulitan dari pelajaran di sekolah
10. Perkembangan fisik, psikis  dan bahasanya lebih pesat dari anak normal.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi / kecerdasan menurut Sutratinah :
1.      Faktor keturunan / hereditas, yakni proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari satu generasi berikutnya melalui plasma benih.
2.      Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada di sekeliling anak yang mempengaruhi perkembangan anak yang meliputi :
a.       Gizi, gizi yang terkandung dalam makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani, rohani dan intelegensi serta menentukan produktivitas kerja seseorang. Seandainya terjadi kekurangan pemberian makanan yang bergizi, maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan terhambat terutama perkembangan mental atau otaknya.
b.      Pendidikan, faktor pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan mental anak. Misalnya anak lahir dengan potensi cerdas , maka akan berkembang dengan  baik apabila  mendapatkan pendidikan yang baik. Sebaliknya meskipun anak memiliki potensi cerdas tetapi tidak mendapatkan pendidikan maka perkembangan kecerdasan mengalami hambatan.
Dalam bukunya “Anak Unggul Berotak Prima” disebutkan bahwa pada dasarnya faktor yang mempengaruhi terhadap kecerdasan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1.      Faktor dalam (genetik/keturunan);  merupakan faktor bawaan yang sulit untuk dirubah.
2.      Faktor luar (lingkungan); berpotensi untuk dikembangkan untuk merangsang kecerdasan. Salah satu faktor luar yang berpengaruh terhadap kecerdasan adalah pola makan (menu makan), pola makan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan, karena sel jaringan pembentuk dan pendukung kecerdasan dibentuk dari makanan karena itu diperlukan adanya perencanaan dan konsumsi gizi yang baik untuk anak-anak terutama sejak masih dalam kandungan.
Hubungan faktor dalam (hereditas) dan faktor luar  (lingkungan) adalah saling mempengaruhi, individu yang memiliki kecerdasan yang tinggi tidak akan dapat berkembang sampai semaksimal mungkin bila lingkungannya tidak menguntungkan, sehingga ia menjadi anak yang kurang cerdas. Sebaliknya, jika lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan intelegensi tidak akan dapat membentuk seseorang menjadi cerdas, apabila faktor potensi dasar kecerdasan anak memang rendah. Misalnya, anak ideot tidak akan menjadi normal walaupun lingkungan mendukung perkembangan kecerdasan anak.
ANAK SUPERNORMAL
A. Pengertian Anak Supernormal
Sebelum menguraikan tentang anak supernormal, terlebih dahulu akan penulis uraikan apa itu intelegensi dan IQ serta bagaimana cara pengukurannya, karena patokan anak supernormal dalam tulisan ini adalah tingkat tingginya intelegensi.
        Intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa mahluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia, intelegensi diperoleh manusia sejak lahir dan sejak itu pula potensi intelegensi mulai berfungsi mempengaruhi waktu dan kualitas perkembangan individu dan apabila sudah berkembang, maka fungsinya semakin berarti bagi manusia yakni akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungan.
          Intelegensi bukan suatu yang bersifat kebendaan melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
              Para ahli mempunyai pengertian yang beragam tentang intelegensi yaitu :
     Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, intelegensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan bahwa intelegensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.
              Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi bersama Theodore simon mendefinisikan intelegensi atas tiga komponen yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan; (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticism.
          David Wechsler pencipta skala-skala intelegensi yang populer sampai saat ini, mendefinisikan intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dalam tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta mengahadapi lingkungannya dengan efektif.
          S.C. Utami Munandar dalam bukunya “Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah” menyatakan secara umum bahwa intelegensi dapat dirumuskan :  (a) kemampuan untuk berfikir abstrak, (b) kemampuan untuk menangkap hubungan dan untuk belajar dan (c) kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
          Selanjutnya Wood Worth menambahkan bahwa intelegensi erat hubungannya dengan intelek atau pengetahuan. Bukan berarti intelegensi merupakan sejumlah pengetahuan yang dimiliki seseorang melainkan berkenaan dengan kualitas intelek.  Intelek yanng berfaedah yaitu intelek yang siap digunakan . Intelegensi itu sendiri merupakan intelektual yang berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi atau bertindak dalam suatu situasi atau dalam menyelesaikan masalah dimana dalam bertindak dan memecahkannya tampak intelegen atau bodoh. Jadi orang yang intelegen adalah orang yang mampu berbuat atau bertindak dengan bijaksana, cepat, tepat dan berhasil.
          Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang dibawa individu atau manusia sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru dan untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat.
              Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu (seperti yang telah dijelaskan di atas) sedangkan IQ adalah hasil dari suatu tes intelegensi tertentu yang notabene yang hanya mengukur sebagian kecil dari intelegensi.
          IQ singkatan dari Intellegence Quotient menunjukkan ukuran atau taraf intelegensi atau kecerdasan seseorang. Dari hasil tes intelegensi IQ ini diperoleh dengan menggunakan rumus : hasil bagi umur mental dengan umur Cronologis atau kalender dikalikan seratus atau IQ = (MA / CA) X 100.
          MA singkatan dari Mental Age (usia mental) yang merupakan suatu norma pembanding pada kelompok usia tertentu. Misalnya pada kelompok anak-anak usia 8 tahun sebagian besar diantara mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal dalam tes, maka skor atau angka itu dijadikan norma untuk kelompok anak-anak usia 8 tahun, dan disebut usia mental 8 tahun. Bila seorang anak dalam mengerjakan tes yanng sama mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal maka ia mempunyai usia mental 8 tahun.
          CA singkatan dari Chronological Age (usia kronologis) yaitu usia anak sejak dilahirkan yang dapat dinyatakan dalam satuan tahun atau dalam satuan bulan. Misalnya apabila seorang anak yang berusia 8 tahun mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal maka ia dikatakan memiliki usia mental 8 tahun. Dan IQnya dihitung sebagai IQ = (8/8)x100 = 100. Seorang anak lain yang berusia 6 tahun tetapi sudah mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 dalam tes yang sama akan memperoleh usia mental 8 tahun pula sehingga IQnya adalah (8/6)x100 = 133.
          Jelaslah bahwa apabila seorang anak mencapai usia mental yang sama dengan usia kronologisnya, maka ia akan mendapat IQ=100 yang secara logis diartikan sebagai berintelegensi normal. Bila seorang anak memperoleh usia mental lebih tinggi dari pada usia kronologisnya maka anak tersebut tergolong anak yang berintelegensi di atas normal, sebaliknya bila usia mental lebih kecil dari usia kronologisnya berarti intelegensinya di bawah normal. Demikianlah gambaran prinsip perhitungan IQ.
          Berdasarkan prinsip-prinsip perhitungan IQ tersebut indikasi awal lahirnya konsep kecerdasan dinyatakan bahwa “semkin tinggi IQ seseorang maka semakin tinggi pula kecerdasannya”.
          Sebagai orang tua boleh-boleh saja meminta anaknya untuk menjalani tes akan tetapi setelah mengetahui skor atau hasilnya dan berapapun skornya harus tetap gembira dan juga tidak pernah berhenti untuk memberi masukan-masukan, perhatian upaya-upaya  yang dapat meningkatkan dan menjaga kecerdasannya.
          Mungkin pada saat tes dilaksanakan anak dalam keadaan atau kondisi yang kurang sehat atau dalam keadaan cemas, dan sebagainya. Hal-hal tersebut bisa mempengaruhi, maka apapun alasannya tidaklah bijaksana apabila menganggap nilai IQ seorang anak sebagai hal  yang amat penting. Apabila orang tua ingin mengetahui anaknya cerdas atau tidak orang tua dapat melihat tanda-tanda kecerdasan dan  ciri-ciri anak supernormal.
          Dari penegasan istilah di depan sudah penulis jelaskan pengertian anak supernormal yaitu anak yang mempunyai kecerdasan di atas anak-anak normal dan memiliki IQ di atas 110. Anak yang tergolong supernormal yaitu meliputi anak genius memiliki IQ 140 ke atas, anak gifted atau very superoir memiliki IQ 125-140, dan anak superior memiliki IQ 110-125.
              Adapun batasan arti anak supernormal yakni :
1. Anak Genius, mewakili golongan anak yanng memiliki IQ 140 ke atas.
                           Genius mempunyai arti anak yang memilliki tingkat intelegensi yang tinggi (IQ 140 ke atas) istilah ini juga dipakai terhadap seseorang yang memiliki bakat kemampuan luar biasa.
               Dalam bukunya Sri Rumini berjudul “ Pendidikan Anak Genius” dikemukakan bebrapa pendapat para ahli tentang batasan pengertian genius :
a.       Orang awam banyak yang berpendapat bahwa semua anak yanng cerdas, cerlang, berkemampuan tinggi adalah tergolong anak genius.
b.      Ada yang menyamakan dengan talented (berbakat)
c.       Ada yang menyamakan dengan Gifted  atau Highly   Gifted
d.      Robert  Woodworth  dalam bukunya “Psychology” berpendapat bahwa anak genius adalah  anak yang memiliki IQ  di atas  140
e.       Prof. Hollingwort  berpendapat anak sudah berhak disebut genius kalau IQ nya lebih dari 180
f.       Dalam “The Wood  Book Encyclopaedia”  volume 8, halaman 87  dinyatakan kalau genius dipandang dari psycology adalah seseorang dengan IQ 140 atau lebih
g.      Ruth Strung mempunyai pendapat lain lagi  terhadap para genius, menurut dia : kata genius sering-sering diterapkan kepada individu yang mempunyai kapasitas istimewa (luar biasa) dan mampu menciptakan sesuatau yang sangat tinggi nilainya  (mutunya.) jadi titik beratnya pada hasil ciptaannya, tidak hanya pada tingkatan intelegensinya.
                   Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak genius adalah anak luar biasa cerdasnya sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya , bila diukur dengan tes intelegensi IQ mereka paling rendah 140 sedang yang paling tinggi dapat mencapai 200 lebih.
              Para jenius lebih dari super cerdas ataupun sangat berbakat, mereka adalah orang-orang yang betul-betul hebat dan jauh mendahului masyarakat, bahkan dunia yang berbeda karena kontribusinya, sebagai contoh Beed Hoven, Picasso, Issac Newton Maria Currie, Leonardo Da Vinci dan sebagainya.               
2. Anak Gifted / Very superior
               Anak gifted atau very superior memiliki tingkat kecerdasan tinggi bila diukur dengan tes intelegensi kurang lebih 125-140. Tingkat gifted berada di bawah tingkat genius dan di atas tingkat superior. Gifted adalah suatu terminologi bagi individu yang mempunyai IQ atau tingkat kecerdasan yang lebih dari normal yaitu IQ nya antara 120-140. Disamping itu mempunyai pula bakat yang istimewa atau menonjol anatara lain berbakat dalam seni musik, drama, ketrampilan, dan keahlian memimpin masyarakat.
               Dalam bukunya Samsu Yusuf yang berjudul ‘Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja” dijelaskan bahwa gidted atau very superior berIQ 130-139 yaitu seorang yang cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaab kata yang luas dan memahami pengertian abstrak. Faktor kesehatan, kekuatan dan ketangkasan lebih menonjol daipada anak normal.
3. Anak Superior
               Sesuai pada bagan penyebaran IQ anak superior menduduki IQ kurang lebih 110-125, merupakan golongan anak supernormal paling bawah. Anak superior dapat disefinisikan sebagai anak cerdas yang memiliki IQ kurang lebih 110-125, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.
               Menurut Samsu Yusuf superior yaitu seseorang yang mempunyai IQ 120-129 kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah atau akademik, mereka seringkali terdapat dalam kelas biasa, pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.
               Demikianlah batasan-batasan arti anak yang supernormal yang pada intinya sama yaitu anak yang mempunyai kecerdasan tinggi tetapi dengan kemampuan yang berbeda-beda.
B. Ciri-ciri Anak Supernormal
          Berdasarkan kenyataan, anak cerdas mulai tampak sejak kecil, ketika bermain mereka mengalahkan teman-teman yang lain, ketika belajar mengungguli pelajar yang lain, sehingga anak ini akan menguasai teman-teman lainnya. Mereka merasa tercipta untuk menjadi tuan, bukan anak buah dari lingkungannya.
          Agar orang tua bisa memahami anak yang unggul dan cerdas orang tua dapat memperhatikan sifat-sifat yang berbeda dengan teman lainnya :
1.      Dari aspek fisik, ia sedikit lebih unggul dibandingkan teman-teman sebayanya, baik tinggi, bobot dan kesehatan.
2.      Anak cerdas lebih mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, disini pula orang tua dapat mengetahui bahwa perhatiannya sangat dalam, menyeluruh dan intens. Tanda-tanda kecerdasannya ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mencipta. Jika mengikuti dorongan dan keinginannya, maka peraturan sekolah merupakan penyebab yang cukup kuat dalam menggugurkan kuncup sebelum berkembang.
3.      Anak cerdas lebih mampu memahami mulai dari masalah material sampai ke masalah –masalah yang abstrak.
4.      Anak cerdas cepat mengambil sikap dengan baik dalam kehidupan masyarakat meskipun situasi lingkungan masyarakatnya sangat jelek.
          Untuk memperjelas perbedaan anak supernormal akan penulis uraikan ciri-ciri dari masing-masing tingkatan. Adapun ciri-ciri anak supernormal (genius, Gifted/veri superior dan superior) adalah :
1.      Ciri-ciri anak genius
Anak Genius dapat juga disebut dengan sebutan “Gifted Talented”, memiliki ptensial yang sangat tinggi sekali dalam prestasi belajar dan penonjolan kemampuan yang luar biasa pada suatu bidang tertentu.
                        Ciri-ciri anak berbakat intelektual /genius menurut S.C Utami Munandar  antara lain :
a.       Mudah menangkap pelajaran
b.      Ingatan baik
c.       Perbendaharaan kata luas
d.      Penalaran tajam (berfikir logis, kritis), memahami hubungann sebab akibat
e.       Daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan)
f.       Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik
g.      Senang dan sering membaca
h.      Ungkapan diri lancar dan jelas
i.        Pengamat yang cermat
j.        Senang mempelajari kamus, peta, ensiklopedi
k.      Cepat memecahkan soal
l.        Cepat menemukan kekeliruan /kesalahan
m.    Cepat menemukan asas dalam suatu uraian
n.      Mampu membaca pada usia lebih muda
o.      Daya abstraksi tinggi
p.      Selalu sibuk menangani berbagai hal.
Sedangkan Drs. Alisuf Sabri dalam bukunya “ Pengantar Psikologi” menyatakan bahwa ciri-ciri anak genius adalah :
1.    Pada masa kanak-kanaknya sangat cerdas atau kepandaian yang dimiliki luar biasa.
2.    Selain kecerdasan yang luar biasa juga sifat-sifat pribadinya sangat menonjol, sangat menunjang prestasinya, sifat-sifatnya misalnya ketekunan, keuletan dalam berusaha mencapai sesuatu, punya kepercayaan dan keyakinan diri yang besar terhadap pekerjaan   yang dipilihnya.
2. Ciri-ciri anak Gifted / Very Superior
               Fileger dalam karangannya menyebutkan ciri-ciri anak Gifted dibidang science  adalah :
a.       Mempunyai perhatian terhadap science pada waktu masih pra-sekolah
b.      Serba ingin tahu apa yang menyebabkan benda-benda bekerja
c.       Kemampuan untuk mengerti ide-ide abstrak pada usia masih muda
d.      Mempunyai imajinasi kuat akan benda-benda ilmiah
e.       Senang akan koleksi
f.       Memiliki daya kemampuan yang tinggi di bidang membaca
g.      Memliki daya kemampuan yang tinggi di bidang matematika
h.      Cenderung berfikir secara kuantitatif menggunakan angka-angka untuk membantu menyatakan ide-ide
i.        Kemauan untuk aktif dan berprestasi dalam olah raga
j.        Rasa tidak puas yang beralasan, yang bagi anak-anak lain cukup puas/ menerima begitu saja akan hal-hal ilmiah.
3. Ciri-ciri anak superior
                        Ciri-ciri anak superior menurut Baker yaitu :
a.       Mulai dapat berbicara lebih awal dari anak normal
b.      Menunjukkan beberapa kemampuan khusus dalam menggabungkan kata-kata untuk menyampaikan jalan pikirannya
c.       Memulai sekolah pada umur yang sama sebagai rata-rata anak
d.      Dapat sedikit membaca sebelum mulai sekolahnya
e.       Tidak mengalami kegagalam selama masa sekolah
f.       Di sekolah ia dapat mengerjakan pekerjaannya dengan mudah dan memberi kesan ia akan berhasil tanpa banyak usaha
g.      Ia mendapat perhatian dari teman-temannya dan menjadi pemimpin dalam gerakan siswa, publikasi, sekolah dan sebaginya
h.      Menunjukkan inisiatif dalam hal-hal di luar sekolah
i.        Tertarik pada atletik atau musik
j.        Pehatian terhadap bacaan luas.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri anak supernormal ialah :
1. Memiliki inelegensi di atas normal
2. Makin tinggi IQ-nya makn baik daya abstraksinya
3 Berfikir secara logis , kritis, rasional, dan kreatif
4. Perkembangan mentalnya lebih cepat dari umur kalender
5. Lingkungan sangat berperan pada perkembangannya
6. Mempunyai prestasi yang tinggi, baik dalam sekolah maupun di luar sekolah
7. Perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi   
8. Perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi
9. Tidak pernah mendapat kesulitan dari pelajaran di sekolah
10. Perkembangan fisik, psikis  dan bahasanya lebih pesat dari anak normal.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi / kecerdasan menurut Sutratinah :
1.      Faktor keturunan / hereditas, yakni proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari satu generasi berikutnya melalui plasma benih.
2.      Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada di sekeliling anak yang mempengaruhi perkembangan anak yang meliputi :
a.       Gizi, gizi yang terkandung dalam makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani, rohani dan intelegensi serta menentukan produktivitas kerja seseorang. Seandainya terjadi kekurangan pemberian makanan yang bergizi, maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan terhambat terutama perkembangan mental atau otaknya.
b.      Pendidikan, faktor pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan mental anak. Misalnya anak lahir dengan potensi cerdas , maka akan berkembang dengan  baik apabila  mendapatkan pendidikan yang baik. Sebaliknya meskipun anak memiliki potensi cerdas tetapi tidak mendapatkan pendidikan maka perkembangan kecerdasan mengalami hambatan.
Dalam bukunya “Anak Unggul Berotak Prima” disebutkan bahwa pada dasarnya faktor yang mempengaruhi terhadap kecerdasan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1.      Faktor dalam (genetik/keturunan);  merupakan faktor bawaan yang sulit untuk dirubah.
2.      Faktor luar (lingkungan); berpotensi untuk dikembangkan untuk merangsang kecerdasan. Salah satu faktor luar yang berpengaruh terhadap kecerdasan adalah pola makan (menu makan), pola makan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan, karena sel jaringan pembentuk dan pendukung kecerdasan dibentuk dari makanan karena itu diperlukan adanya perencanaan dan konsumsi gizi yang baik untuk anak-anak terutama sejak masih dalam kandungan.
Hubungan faktor dalam (hereditas) dan faktor luar  (lingkungan) adalah saling mempengaruhi, individu yang memiliki kecerdasan yang tinggi tidak akan dapat berkembang sampai semaksimal mungkin bila lingkungannya tidak menguntungkan, sehingga ia menjadi anak yang kurang cerdas. Sebaliknya, jika lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan intelegensi tidak akan dapat membentuk seseorang menjadi cerdas, apabila faktor potensi dasar kecerdasan anak memang rendah. Misalnya, anak ideot tidak akan menjadi normal walaupun lingkungan mendukung perkembangan kecerdasan anak.